Tradisi Malam 1 Suro Cabang Kota Tangsel: Merawat Spiritualitas, Merawat Persaudaraan
"Puncak acara adalah ritual berjalan kaki tanpa alas dan tanpa berbicara, mengelilingi area sekitar tempat latihan Cabang Kota Tangsel..."
Penulis: M. Ridwan Habibie | Foto: M. Abdul Wakhid, Findy Alfiansyah, Diaz Permana | Editor: Ipnu S.
SH Terate Tangsel - Suasana Malam 1 Suro selalu menjadi waktu sakral bagi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Di Cabang Kota Tangerang Selatan, Pusat Madiun, momen ini diperingati secara khidmat dan penuh makna sebagai bentuk pelestarian nilai spiritual, penghormatan terhadap leluhur, serta pembinaan karakter bagi seluruh warga dan siswa. Kamis (26/06/2025)
Pada tahun ini, kegiatan diawali dengan berdoa bersama, dipimpin oleh Mas Wawan yang juga sebagai Sekretaris Ranting Ciputat. Dalam suasana hening, seluruh peserta mendoakan para leluhur SH, para pendiri SH Terate dan silsilah orang tua masing-masing. Doa menjadi titik awal perenungan mendalam, mengingatkan kembali akan asal-usul dan ajaran luhur yang diwariskan turun-temurun.
Kangmas Robit Nasucha, Ketua Dewan Cabang Kota Tangsel, menegaskan,
“Kita hadir bukan sekadar mengikuti tradisi, tapi menjalankan laku spiritual yang memperkokoh persaudaraan, menjunjung ajaran budi luhur dan ikhlas berbagi,” ujar Kangmas Robit.
Setelah doa, kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama sebagai simbol kebersamaan dan kesetaraan antarwarga. Makan bersama menjadi wujud nyata dari prinsip "Memayu Hayuning Bawana", yakni menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial.
Puncak acara adalah ritual berjalan kaki tanpa alas dan tanpa berbicara, mengelilingi area sekitar tempat latihan Cabang Kota Tangsel, lokasi yang juga akan menjadi tempat pengesahan warga baru. Dengan penuh kekhusyukan, para peserta menapaki malam dengan tenang dan penuh hormat. Tidak hanya sebagai bentuk laku batin, ritual ini juga menguatkan spiritualitas dan kedisiplinan diri.
Kangmas Fahrudin Yusuf, Ketua Cabang Kota Tangsel, menambahkan,
“Malam 1 Suro bukan hanya momentum sakral, tetapi juga menjadi cermin refleksi bagi seluruh warga. Sudah sejauh mana kita memaknai ajaran Setia Hati dalam kehidupan sehari-hari? Lewat ritual ini, kita diajak menundukkan ego, membersihkan hati dan memperkuat rasa handarbeni terhadap organisasi,” kata Kangmas Yusuf.
Tradisi ini membuktikan bahwa SH Terate tak hanya mengajarkan pencak silat sebagai bela diri, tetapi juga sebagai sarana membentuk manusia berbudi luhur yang siap hidup dalam nilai persaudaraan sejati.
Tim Humas Cabang Kota Tangsel
Tags: #SHterate #PusatMadiun #HumasSHterate #SHTerateCabangTangsel #Medium